Proses
rujukan pasien terjadi ketika pelayanan di tingkat yang lebih rendah tidak
mampu menangai kondisi pasien karena keterbatasan sarana prasarana. Itulah yang
terjadi beberapa waktu lalu di Lindu. Seorang pasien Abortus Inkompletus harus dirujuk
untuk ditangani di Rumah Sakit di kota Palu. Keluarga pasien memanggil Pencerah
Nusantara atas permintaan bidan desa. Kejadian ini terjadi di malam hari.
Sesampai di rumah pasien, ternyata pasien pasien telah mengalami abortus.
Menurut keterangan dari bidan yang menangani, siang hari sebelumnya darah
sempat berhenti sehingga diperkirakan semua jaringan telah keluar tetapi malam
hari ternyata darah keluar bersama gumpalan-gumpalan seperti jaringan yang
cukup banyak. Bidan baru memberikan IV line satu jalur, sehingga butuh dilakukan
satu lagi IV line menjadi 2 jalur.
Setelah
pemeriksaan dalam untuk melihat pengeluaran yang ada serta pembukaan yang ada, ternyata
keluar cukup banyak gumpalan sementara masih dirasakan adanya jaringan yang
tidak bisa terjangkau oleh jari tangan. Kontraksi uterus tidak adekuat sehingga untuk merangsang kontraksi
uterus serta untuk membantu pengeluaran jaringan yang masih tertinggal
diberikanlah oksitosin drip.
Keputusan
merujuk kami sampaikan kepada keluarga dengan mempertimbangkan kemungkinan
masih tertinggalnya sisa jaringan yang tidak bisa tertangani di Puskesmas.
Keluarga pun menyetujui dan meminta merujuk di pagi hari karena harus bersiap-siap
terlebih dahulu.
Melakukan
rujukan di daerah seperti Lindu memang membutuhkan persiapan yang banyak terutama
pasien yang tidak mampu duduk untuk dibonceng bertiga dengan mengendarai motor.
Hujan yang hampir setiap hari turun membuat jalanan tidak stabil karena longsor
menjadi tantangan yang tidak bisa dihindari. Tidak ada pilihan lain selain
dipikul berjalan menyusuri jalanan setapak menuju Sidaunta.
Pagi
hari tandu telah siap dan masyarakat berkumpul begitu banyak. Seperti satu desa
bergerombol mengerumuni rumah pasien.
Warga berkummpul di depan rumah pasien |
Setelah
semua siap, Mayor memimpin doa sebelum berangkat. Pasien siap untuk ditandu
dengan selang infus terpasang satu jalur. Para bapak dan pemuda desa bergantian
memikul pasien.
Betapa
luar biasanya semangat mereka membantu saudara. Banyak sekali yang mengantar
baik berjalan kaki maupun dengan motor. Tim Pencerah Nusantara Lindu bersama
bidan desa mengiringi sepanjang perjalanan untuk terus memantau kondisi pasien.
Perjalanan menandu pasien yang dirujuk |
Ketika
itu, malam hari sebelumnya hujan turun cukup lebat sehingga dipastikan jalanan
akan tidak terlalu bagus. Genangan air ada di beberapa jalan tak menghalangi
semangat dan melunturkan niat. Jalanan begitu buruk untuk dijalani, tak ayal
yang berjalan bermandikan lumpur di kakinya. Mereka terus semangat dan ditengah
jalan suatu hal yang mengejutkan terjadi, jalanan putus dan benar-benar tak
mampu dilalui.
Warga memperbaiki jalan yang putus karena longsor |
Mereka
tak berlama berpikir dan memutuskan untuk mengikis tebing untuk membuat jalan
minimal bisa dilalui satu motor. Menunggu cukup lama mempersiapkan hal
tersebut. Jalan akhirnya jadi tetapi harus benar-benar berhati-hati karena
kalau salah sediki atau terpeleset jurang berada di sisi yang lain telah
menanti. Deg- degan melalui jalanan darurat tersebut dan alhamdulillah semua
berhasil melalui dengan aman.
Warga mengikis tebing untuk memperluas jalan |
Keadaan
seperti ini memang bukan hal yang baru karena hutan Lore Lindu masih sangat
mungkin untuk terjadinya longsor hingga memutus jalan. Kalau tidak tebing yang
longsor, jalanan longsor termakan jurang yang dalam. Melihat kondisi ini mereka
terlihat seperti pahlawan, demi menyelamarkan satu nyawa mereka begitu luar
biasa mengawal hingga selamat sampai di Sidaunta. Sesampai di Sidaunta pasien
dibawa ke Rumah Sakit dengan mobil Puskesmas Lindu.
“
Jiwa pahlawan telah merasuk dalam sanubari bangsa ini hanya saja tak semua
mereka yang ingin dikenal, jika hanya Tuhan yang melihat itu sudah cukup.”
Yunita Junior
Tidak ada komentar:
Posting Komentar