Lindu adalah daerah dengan
kategori sangat terpencil karena tidak memiliki jaringan sinyal seluler, tidak ada listrik PLN yang
menyala 24 jam,dan akses jalan sekarang hanya bisa dilalui oleh motor, karena
kondisi alam lindu tidak stabil,walau jalan sudah sempat dilebarkan hingga
februari lalu mobil bisa naik ke Lindu, Namun sekarang jalan tersebut tidak bisa
dilalui oleh mobil lagi karena longsor yang muncul saat hujan menutup jalan
hingga hanya bisa dilalui oleh motor saja. Keadaan ini sudah cukup baik dibandingkan
Lindu dijaman dahulu kala yang menggunakan kuda untuk menempuh perjalanan 17
KM. Baru tahun 2000 motor bisa menembus jalanan Lindu. Sejak jalan dibuka kami
percaya bahwa Listrik PLN dan sinyal seluler akan masuk ke Lindu, Namun
tampaknya sebagian warga Lindu yang berkategori mampu masih harus menyisihkan
uang untuk membeli bensin dan oli karena memanfaatkan genset untuk penerangan
di malam hari, sedangkan yang ekonomi lemah harus memanfaatkan cahaya pelita
dari lampu semprong.
lampu buatan sendiri :) dari hasil memulung sampah |
Kami juga menggunakan genset
puskesmas untuk penerangan dimalam hari, namun sejak bulan april hingga awal
mei genset kami rusak, sudah berulang kali kami memanggil orang untuk
memperbaiki genset , dari papa delon, pak mang, hingga pak faisal, dari pagi
hingga malam, bahkan hingga 3 hari untuk membenarkan genset yang kemudian hanya
hidup untuk 1 jam saja. Pak mang yang kreatif
memanfaatkan barang-barang bekas untuk dipakai sebagai onderdil genset
yang banyak hilang dan rusak. Bahkan sakina dan rizki anak pak mang yang sering
belajar di rumah kami ikut membantu bapaknya memperbaiki genset. Setelah genset
hanya hidup 1 jam di malam itu, keesokan harinya dan hari-hari berikutnya waktu
habis untuk mengejar pak mang yang berprofesi sebagai tukang ojek untuk
memperbaiki genset. Rasa malu pun menyerang kami karena setiap hari memanggil
pak mang, akhirnya kami memutuskan untuk
mencari genset baru di Palu setelah hampir 3 minggu tanpa listrik.
karena Tak sedikit uang yang kami habiskan hanya untuk memperbaiki genset yang
usianya sudah 5 tahun tersebut hingga kami menyerah untuk memperbaikinya.
Dengan matinya genset otomatis
efektivitas pekerjaan kami berkurang, laporan-laporan dan beberapa surat
undangan untuk kegiatan yang akan kami lakukan tidak bisa dikerjakan karena laptop dan printer tidak bisa
digunakan. Tidak ada tablet dan Handphone yang biasa kami gunakan untuk bermain
game dan membaca ebook ketika kejenuhan melanda. Bahkan untuk rutinitas menghidupkan musik
sebagai pembangkit semangat di pagi hari dan untuk menyamarkan suara-suara
binatang di malam hari tidak bisa dilakukan. Tidak ada kamera untuk
mendokumentasikan kegiatan kami. Bahkan lampu emergency andalan untuk
penerangan setiap malam sudah habis baterainya. Rasanya setiap pagi ingin cepat
menjadi malam, dan malam hari ingin cepat berlalu menjadi pagi.
Lilin yang berpack-pack pernah
kami beli dulu sudah patah-patah karena perjalanan dengan ojek dan tidak
dipackaging dengan baik membuat tidak bisa terpakai, lilin di warungpun sudah
habis terjual . akhirnya untuk penerangan di malam hari kami memulung beberapa
botol bekas di tempat sampah puskesmas dan tempat sampah rumah kami, bagaikan
pemulung mencari botol-botol kaca, bertemu botol tapi tidak ada tutupnya,
hingga berlanjut memulung tutup-tutup botol yang sesuai dengan botol, dengan
bermodal Sumbu kompor dan minyak tanah, akhirnya kami mendapatkan penerangan walau
harus menahan nafas dan beradaptasi dengan asap yang menyebar ke seluruh penjuru ruangan
karena sumbu kompornya kebesaran dan ventilasi udara rumah kurang. Pintu
rumah terpaksa dibuka supaya asap tidak membuat kami kekurangan oksigen walau
dengan risiko digigit nyamuk. Saat mata sudah mengantuk saatnya lampu buatan
kami dimatikan untuk mencegah kebakaran, kamipun tertidur lelap dalam gelap gulita,
dan keesokan harinya baru menyadari bulu hidung kami menjadi hitam karena jelaga dan
dinding di ruang tengah menjadi kehitaman. :)
salam,
dr. Darsuna Mardhiah
Pencerah Nusantara Lindu Batch I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar