Komunikasi dan Koordinasi atau
biasa disingkat FORKKOM Bappeda se-Sulawesi Tengah untuk pertama kalinya
diselenggarakan di Kecamatan Lindu yang berlokasi di FDL Desa Tomado dari
tanggal 2-4 April 2013 dengan Tema Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan dalam
Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya. Sebagai tuan rumah Kabupaten Sigi
khususnya Kecamatan Lindu sangat antusias berpartisipasi dalam FORKKOM ke XI ini
dengan jumlah peserta kurang lebih 300 orang dari seluruh Kabupaten. Banyak
cerita unik yang dikeluhkan para peserta sesampainya di Kecamatan Lindu, ada
yang mengeluh bahwa adrenalin mereka dipacu saat melewati jalanan menuju Lindu
yang berbatu, longsor, berlumpur dengan tanjakan yang tajam, ada lagi yang
mengatakan “cukup sekali saya sampai disini sudah sampai saja syukur apalagi
nanti memikirkan untuk pulangnya lagi” gitu keluhnya. Pada rangkaian kali ini
kebetulan Puskesmas Lindu bersama Tim Pencerah Nusantara angkatan I ditunjuk
sebagai Panitia di Posko Kesehatan. Selama bertugas tak banyak kasus yang
ditemukan, hanya saja sesampainya para peserta di tempat kegiatan rata-rata
tekanan darah mereka menjadi naik, tetapi tidak sampai mengakibatkan kejadian
yang buruk. Kegiatan ini dibuka dan ditutup langsung oleh Hj.Aswadin
Randalemba,MSI selaku Bupati Sigi dan dihadiri oleh Ketua DPRD Sigi, Kepala
BAPEDDA se Sulawesi Tengah, jajaran SKPD, unsur MUSPIKA, Tokoh Agama, Tokoh
Adat, dan tak ketinggalan Tim Pencerah Nusantara Lindu angkatan I. Mengapa
harus Lindu?? Menurut mereka ada lima alasan yang mendasari pemilihan tempat di
kecamatan Lindu.
posko kesehatan di puskesmas Lindu |
Pertama, rapat di ruangan terbuka (outdoor) untuk
membuat suasana baru dalam rapat-rapat resmi seperti FORKKOM. Rapat dengan
suasana alam yang sejuk akan memberikan inspirasi lebih dalam menentukan
keputusan-keputusan strategis dan tentu akan lebih fokus.
forkkom di pinggir danau |
Kedua, memperkenalkan potensi Lindu sebagai cagar
Biosfer, ialah daerah yang terdiri dari ekosistem asli, ekosisitem unik,
dan/atau ekosistem yang telah rusak dan semua elemen di dalamnya dilindungi dan
diawetkan untuk penelitian serta pendidikan.
Ketiga, mengembalikan kepercayaan diri masyarakat
yang sempat mengalami trauma pasca gempa bumi 18 Agustus 2012.
Keempat, ajang promosi wisata, adat dan budaya.
Kawasan lindu dikenal selama ini menjunjung adat, penggunaan “Siga” di lokasi
FORKKOM bukti nyata kentalnya adat dan budaya sejalan dengan Visi Pemerintah
Kabupaten Sigi yang berbudaya dan beradat serta unggul dalam memanfaatkan
potensi sumber daya menuju kabupaten terdepan.
Kelima, Pemberdayaan masyarakat. Seiring era
reformasi yang didominasi ide-ide transformasi, transparansi dan partisipasi
lokal serta kebijaksanaan pembangunan yang mendapat perhatian besar dari berbagai
pihak, maka pendekatan pemberdayaan masyarakat mutlak menjadi perhatian utama
dalam setiap kegiatan.
laki-laki wajib pakai siga, sebuah tradisi untuk ikat kepala yang dipakai apabila ada acara besar di Lindu, |
ini dia contoh siganya |
Lindu masuk koran :), megang koran di Lindu itu sebuah aktifitas yg sangat unik, karena akses loper koran tidak ada disini, harus ke kota dulu baru bisa baca koran |
Semoga apa yang dirumuskan dalam FORKKOM kali ini
bisa diimplementasikan dalam program kegiatan yang tentu bermuara pada ekonomi
yang berkualitas untuk dapat menuntaskan masalah kemiskinan di Provinsi
Sulawesi Tengah pada umumnya dan menuntaskan berbagai masalah yang ada di
Kecamatan Lindu pada khususnya.
“Bangkitlah Masyarakat Lindu, Mari bersama-sama
Cerahkan Indonesia”
Belora fobia,
Belora Kafa.
Dengan berbuat baik maka baik pula yang didapat.
Regards,
dr. AA Dwi Wulantari
Pencerah Nusantara Lindu batch I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar