23 Januari 2013
Kangkuro adalah satu-satunya dusun sulit yang belum pernah kami datangi
sejak kami menginjakkan kaki di Lindu. Akhirnya hari rabu kemarin kami bisa
mengunjungi dusun ini. untuk pergi ke dusun
ini harus menyebrang danau menggunakan ketingting (perahu motor kecil)
dengan jarak tempuh 1,5 jam dari desa tomado. Bedanya dusun sulit ini dengan
dusun sulit yang lain, karena harus melewati kuala/sungai kecil dari bibir
danau, cukup jauh juga ketinting menyusuri kuala tersebut hingga permukaan air
menjadi dangkal dan mengharuskan kami berjalan kaki.
|
perahu memasuki area kuala/sungai kecil |
|
Jalan 3 KM dengan medan air |
|
terpeleset dan jatuh ke sungai |
Berjalan di dusun ini bukanlah hal yang mudah, sama seperti
wongkodono harus berjalan di lumpur, bedanya di kangkuro ini kami harus
berjalan di dalam kuala/sungai, dan jalan berlumpur. Kedalaman airnya dari
setengah lutut hingga setengah paha, bahkan membuat CD kami kebasahan hahahhaha
(maaf tidak disensor :* ). mpit malah pake insiden celana panjangnya sobek,
akibat jatuh. Untung kami selalu siap
sedia membawa pakaian ganti kalau berkunjung ke dusun sulit yang medannya tidak
menentu sesuai cuaca.
|
menanam kaki di kebun lumpur |
|
menanam kaki di kebun lumpur |
Bicara soal cuaca, disini hujan salah, ga hujan juga salah.
Karena curah hujan berkurang, maka kami harus berjalan cukup jauh, karena
kualanya jadi dangkal. karena tak ada ojek yang menjemput kami disini, kami harus
berjalan dibawah terik matahari sejauh 3KM dengan medan yang sudah disebutkan
diatas, dengan 2 KM jalan basah dan 1 KM jalan kering.
Setiba di rumah kadus, kami mengganti baju, lalu melakukan
kegiatan posyandu dan imunisasi. Hari ini benar-benar hectic di rumah pak
kadus. Setelah kegiatan selesai, kami
pamit. Pak kadus sempat menahan kami untuk pulang karena ombak yang
besar, bahkan nahkoda yang mengantar kami ke kangkuro tidak berani berlayar,
akhirnya kami menggunakan 2 perahu ketinting untuk pulang.
Perjalanan kami ke kangkuro sudah kami upload di youtube,
boleh lihat disini.
|
perjalanan pulang ke tomado |
|
melewati lembah,sungai mengalir indah ke danau bak ninja hatori |
sesampainya di Tomado pukul 18.30, masih dengan baju basah kuyup, telah menunggu keluarga pasien untuk menjemput kami ke langko, 2 pasien kecelakaan. hanya mengganti baju yang basah setelah itu langsung tancap ke desa langko menembus dinginnya malam. pasien hari itu ternyata pak gidel yang sudah kami kenal sebelumnya, ia harus mendapatkan 21 jahitan, pasien 1 lagi hanya 5 jahitan. lama sekali kami disana,karena lukanya tidak beraturan dan jarum yang kami bawa tidak ada jarum untuk jahit kulit, sehingga yang ada hanya jarum untuk jaringan yang membutuhkan extra tenaga dan waktu untuk dijahit di kulit. ahasil kami tiba di rumah pukul 23.17. kata usman "kita pergi pagi, kenapa g pulangnya sekalian pagi aja" hahhaha :). nyampe di rumah langsung masak mie instan karena belum sempat makan malam.
|
BEFORE |
|
AFTER |
|
pukul 23.17 saat kita tiba dirumah sepulang mengobati pasien |
|
Lafaaaaaaar beraaaaat !!! sepiring berdua, belum sempat makan malam |
cheers,
dr. Darsuna Mardhiah
Pencerah Nusantara Lindu Batch I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar