Sabtu, 28 Februari 2015

Merujuk di Lore Lindu


Proses rujukan pasien terjadi ketika pelayanan di tingkat yang lebih rendah tidak mampu menangai kondisi pasien karena keterbatasan sarana prasarana. Itulah yang terjadi beberapa waktu lalu di Lindu. Seorang pasien Abortus Inkompletus harus dirujuk untuk ditangani di Rumah Sakit di kota Palu. Keluarga pasien memanggil Pencerah Nusantara atas permintaan bidan desa. Kejadian ini   terjadi di malam hari. Sesampai di rumah pasien, ternyata pasien pasien telah mengalami abortus. Menurut keterangan dari bidan yang menangani, siang hari sebelumnya darah sempat berhenti sehingga diperkirakan semua jaringan telah keluar tetapi malam hari ternyata darah keluar bersama gumpalan-gumpalan seperti jaringan yang cukup banyak. Bidan baru memberikan IV line satu jalur, sehingga butuh dilakukan satu lagi IV line menjadi 2 jalur.
Setelah pemeriksaan dalam untuk melihat pengeluaran yang ada serta pembukaan yang ada, ternyata keluar cukup banyak gumpalan sementara masih dirasakan adanya jaringan yang tidak bisa terjangkau oleh jari tangan. Kontraksi uterus tidak adekuat sehingga untuk merangsang kontraksi uterus serta untuk membantu pengeluaran jaringan yang masih tertinggal diberikanlah oksitosin drip.
Keputusan merujuk kami sampaikan kepada keluarga dengan mempertimbangkan kemungkinan masih tertinggalnya sisa jaringan yang tidak bisa tertangani di Puskesmas. Keluarga pun menyetujui dan meminta merujuk di pagi hari karena harus bersiap-siap terlebih dahulu.

Melakukan rujukan di daerah seperti Lindu memang membutuhkan persiapan yang banyak terutama pasien yang tidak mampu duduk untuk dibonceng bertiga dengan mengendarai motor. Hujan yang hampir setiap hari turun membuat jalanan tidak stabil karena longsor menjadi tantangan yang tidak bisa dihindari. Tidak ada pilihan lain selain dipikul berjalan menyusuri jalanan setapak menuju Sidaunta.
Pagi hari tandu telah siap dan masyarakat berkumpul begitu banyak. Seperti satu desa bergerombol mengerumuni rumah pasien.
Warga berkummpul di depan rumah pasien
Setelah semua siap, Mayor memimpin doa sebelum berangkat. Pasien siap untuk ditandu dengan selang infus terpasang satu jalur. Para bapak dan pemuda desa bergantian memikul pasien.
Betapa luar biasanya semangat mereka membantu saudara. Banyak sekali yang mengantar baik berjalan kaki maupun dengan motor. Tim Pencerah Nusantara Lindu bersama bidan desa mengiringi sepanjang perjalanan untuk terus memantau kondisi pasien.

Perjalanan menandu pasien yang dirujuk
Ketika itu, malam hari sebelumnya hujan turun cukup lebat sehingga dipastikan jalanan akan tidak terlalu bagus. Genangan air ada di beberapa jalan tak menghalangi semangat dan melunturkan niat. Jalanan begitu buruk untuk dijalani, tak ayal yang berjalan bermandikan lumpur di kakinya. Mereka terus semangat dan ditengah jalan suatu hal yang mengejutkan terjadi, jalanan putus dan benar-benar tak mampu dilalui.

Warga memperbaiki jalan yang  putus karena longsor
Mereka tak berlama berpikir dan memutuskan untuk mengikis tebing untuk membuat jalan minimal bisa dilalui satu motor. Menunggu cukup lama mempersiapkan hal tersebut. Jalan akhirnya jadi tetapi harus benar-benar berhati-hati karena kalau salah sediki atau terpeleset jurang berada di sisi yang lain telah menanti. Deg- degan melalui jalanan darurat tersebut dan alhamdulillah semua berhasil melalui dengan aman.

Warga mengikis tebing untuk memperluas jalan
Keadaan seperti ini memang bukan hal yang baru karena hutan Lore Lindu masih sangat mungkin untuk terjadinya longsor hingga memutus jalan. Kalau tidak tebing yang longsor, jalanan longsor termakan jurang yang dalam. Melihat kondisi ini mereka terlihat seperti pahlawan, demi menyelamarkan satu nyawa mereka begitu luar biasa mengawal hingga selamat sampai di Sidaunta. Sesampai di Sidaunta pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan mobil Puskesmas Lindu.
“ Jiwa pahlawan telah merasuk dalam sanubari bangsa ini hanya saja tak semua mereka yang ingin dikenal, jika hanya Tuhan yang melihat itu sudah cukup.”

Yunita Junior

Tidak ada komentar:

Posting Komentar