Kamis, 04 Desember 2014

Survival



26 September 2014 kami kembali ke Lindu setelah pertemuan dengan SKPD dan mempersiapkan stok makanan. Kami diantar oleh dr.Rahmi sampai ke Sidaunta untuk selanjutnya naik ojek seperti biasa. Makanan dan peralatan penting tak lupa kami bawa.

Setelah sampai kami melihat rumah sudah sangat bersih dan siap untuk kami tempati. Segera mbak Rahma, mbak Yunita, mbak anti, dan bang Rezi bersiap-siap dan membereskan barang. Setelah siang hari yang melelahkan kami baru sadar kalau kami belum makan dan ternyata tidak ada gas untuk kami memasak. Selain itu kami masuk dan melihat air tidak mengalir. Mulailah kami kerumah warga untuk  meminjam gas sementara. Sebagai informasi, membeli gas disini harganya bisa dua kali lipat dari harga di Palu, selain itu langka karena warga masih takut untuk menggunakan gas.

Setelah pulang kami segera membereskan air dan memperbaiki saluran diatas. Aku pun ikut menemani bang Rezi dan melihat sistem air disini. Air selalu mengalir tanpa henti jika tidak mengalir berarti ada yang salah dengan salurannya atau sedang banyak pasir lumpur, dedaunan yang menutup bak penampungan air bersama. aku melihat pipa yang sangat panjang dan besar dengan jumlah lebih dari satu karena arah tujuan rumah yang berbeda. Ada dua bak penampungan besar yang menampung air untuk dialirkan. Aliran air kami sore itu sangat kecil sehingga tidak bisa masuk ke kamar mandi. Kami berupaya hingga sore tidak ada perubahan. Akhirnya kami memutuskan berharap untuk hujan karena memang menurut informasi sudah tiga hari tidak hujan. Dan tentu saja kami akhirnya tidak seorangpun dari kami yang mandi sore.

Setelah sore hari menunggu, air minum sudah habis dan gas juga belum ada. Mbak Rahma memberi ide untuk membuat tungku dari kayu bakar untuk memasak sementara. Ide ini muncul karena kami juga teringat pelatihan AKMIL (Akademi Militer) sebulan yang lalu. Akhirnya kami pun membuat tungku tersebut. Setelah hampir 15 menit kami merasa selalu gagal membakar kayu dan kertas-kertas karena selalu mati. Tungku yang baik adalah adanya bara api. Tiba-tiba aku merasa tungku ini sangat dekat dengan diriku, yaaa, aku pernah melihat tante di kampungku melakukan adegan tiup pada tungku. Meniup pada tungku dapat membuat bara api. Tanpa berpikir panjang akupun langsung melakukan adegan tersebut. Hampir satu jam menunggu, menambah kayu, meniup, dan memasukan beberapa bahan makanan. Akhirnya, setelah hampir putus asa, ternyata airnya mendidih dan kentangnya matang. 
aplikasi ilmu dari AKMIL berupa pembentukan perapian

kentang bakar dengan dicocol saus pengganjal perut

Cobaan di hari pertama yang membuat kami menyadari bahwa bisa saja yang terjadi adalah hal terburuk dan kita harus siap dengan hal terburuk apapun. Fokus ada solusi adalah jalan keluarnya dan mencoba untuk survival..


~Ns.Nahla Jovial Nisa~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar