26
September 2014 kami kembali ke Lindu setelah pertemuan dengan SKPD dan
mempersiapkan stok makanan. Kami diantar oleh dr.Rahmi sampai ke Sidaunta untuk
selanjutnya naik ojek seperti biasa. Makanan dan peralatan penting tak lupa
kami bawa.
Setelah
sampai kami melihat rumah sudah sangat bersih dan siap untuk kami tempati.
Segera mbak Rahma, mbak Yunita, mbak anti, dan bang Rezi bersiap-siap dan
membereskan barang. Setelah siang hari yang melelahkan kami baru sadar kalau
kami belum makan dan ternyata tidak ada gas untuk kami memasak. Selain itu kami
masuk dan melihat air tidak mengalir. Mulailah kami kerumah warga untuk meminjam gas sementara. Sebagai informasi,
membeli gas disini harganya bisa dua kali lipat dari harga di Palu, selain itu
langka karena warga masih takut untuk menggunakan gas.
Setelah
pulang kami segera membereskan air dan memperbaiki saluran diatas. Aku pun ikut
menemani bang Rezi dan melihat sistem air disini. Air selalu mengalir tanpa
henti jika tidak mengalir berarti ada yang salah dengan salurannya atau sedang
banyak pasir lumpur, dedaunan yang menutup bak penampungan air bersama. aku
melihat pipa yang sangat panjang dan besar dengan jumlah lebih dari satu karena
arah tujuan rumah yang berbeda. Ada dua bak penampungan besar yang menampung
air untuk dialirkan. Aliran air kami sore itu sangat kecil sehingga tidak bisa
masuk ke kamar mandi. Kami berupaya hingga sore tidak ada perubahan. Akhirnya
kami memutuskan berharap untuk hujan karena memang menurut informasi sudah tiga
hari tidak hujan. Dan tentu saja kami akhirnya tidak seorangpun dari kami yang
mandi sore.
Setelah sore hari menunggu, air minum sudah habis dan
gas juga belum ada. Mbak Rahma memberi ide untuk membuat tungku dari kayu bakar
untuk memasak sementara. Ide ini muncul karena kami juga teringat pelatihan
AKMIL (Akademi Militer) sebulan yang lalu. Akhirnya kami pun membuat tungku tersebut. Setelah
hampir 15 menit kami merasa selalu gagal membakar kayu dan kertas-kertas karena
selalu mati. Tungku yang baik adalah adanya bara api. Tiba-tiba aku merasa
tungku ini sangat dekat dengan diriku, yaaa, aku pernah melihat tante di
kampungku melakukan adegan tiup pada tungku. Meniup pada tungku dapat membuat
bara api. Tanpa berpikir panjang akupun langsung melakukan adegan tersebut.
Hampir satu jam menunggu, menambah kayu, meniup, dan memasukan beberapa bahan
makanan. Akhirnya, setelah hampir putus asa, ternyata airnya mendidih dan
kentangnya matang.
aplikasi ilmu dari AKMIL berupa pembentukan perapian |
kentang bakar dengan dicocol saus pengganjal perut |
Cobaan di
hari pertama yang membuat kami menyadari bahwa bisa saja yang terjadi adalah
hal terburuk dan kita harus siap dengan hal terburuk apapun. Fokus ada solusi
adalah jalan keluarnya dan mencoba untuk survival..
~Ns.Nahla Jovial
Nisa~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar