Rabu, 02 Januari 2013

Merujuk pasien usus buntu dengan OJEK



25 November 2012

Siang itu kami mendapat pasien anak 15 tahun dengan nyeri perut, setelah dianamnesa dan pemeriksaan fisik kami menduga kalau pasien tersebut appendisitis akut karena ditemukan demam, mual-muntah, anoreksia, tenderness, rebound tenderness dan nyeri tekan di perut kanan bawah, tanpa pemeriksaan laboratorium kami mendapatkan alvarado score bernilai 7 untuk kemungkinan appendisitis akut/ usus buntu.

Pasien ini juga tersangka infeksi saluran kemih karena  nyeri ketok CVA +, nyeri berkemih+, dan pada saat saya memasang kateter didapatkan kencing berwarna merah.

Pasien ini harus dirujuk segera karena kemungkinan appendisitis perforata mengingat muntahnya yang hijau terus keluar. Yang menjadi masalahnya adalah harus merujuk dengan ojek dengan kondisi nyeri perut hebat dan kondisi jalan dari Lindu menuju desa sidaunta yang rusak berat dan goncangan-goncangan keras selama perjalanan melewati jalanan bagai jalur Offroad. Namun semuanya harus dilalui demi kesehatan pasien.


FYI, disini kalau ada warga yang sakit, 1 kampung yang menemani di Puskesmas.  Ruangan pemeriksaan hiruk pikuk kayak pasar, lucunya saya sempat tidak tahu kalau pendeta mau membacakan doa, saya malah menyuruh keluarga saja yang menunggu. Hari itu pak udin yang sudah saya kenal sebelumnya rapih sekali dengan pakaian serba putih seperti pakaian camat yang dilantik/ seragam pelaut, saya tidak tahu kalau pak udin ternyata adalah seorang pendeta. Kami memang sempat berkenalan dengan pendeta di tomado dengan pangkat mayor, dan pak udin ini ada di jajaran2  yang aktif digereja. Hehehe..

Sudah menjadi tradisi disini sebelum dirujuk, pendeta datang untuk mendoakan pasien. Rangkuman dari Isi doanya semoga pasien selamat dan diberi cuaca yang bagus saat dirujuk. Memang cuaca di Lindu ini tidak menentu, sering hujan dengan diiringi longsor.

Masyarakat disini benar-benar  memiliki sistem “rujukan” yang baik walau dengan sarana dan prasarana minimal.  Disini ada ojek khusus yang ahli merujuk pasien sakit dan selalu diminta keluarga pasien untuk mengantarkan pasien hingga desa sidaunta. Warga juga saling tolong menolong membopong pasien hingga naik ke ojek. Ojeknya pun  dimodifikasi dengan kayu yang bisa menopang hingga 3 orang, sehingga pasien berada di tengah-tengah. Dan Karena pelebaran jalan pasca gempa, jalan sering ditutup, dan warga sudah membagi tugas untuk melapor pada operator buldozer dan alat berat untuk membuka jalan dan memberi kabar kepada kepala puskesmas karena kami akan menggunakan ambulans sesampainya di desa Sidaunta. Yah mungkin sikap tolong menolong seperti ini yang perlu dicontoh oleh masyarakat di perkotaan yang antisosial.
 Ojek yang dimodifikasi dengan kayu yang bisa menopang hingga 3 orang

Back to topic, Dr Gungwik dan Utri yang merujuk mereka berangkat dari lindu jam 3 Sore dan tiba di RS jam 9 malam. Setiba nya di rumah sakit, pasien tersebut Langsung di Operasi, hasil operasi didapatkan appendisitis perforata.

Update terbaru dari pasien tersebut sudah pulang kerumah, sudah sehat dan segar dibandingkan sebelumnya, namun keluhannya sekarang nyeri berkemih dengan pemeriksaan nyeri ketok CVA Kiri +. Kemungkinan Infeksi saluran Kemih atau Batu ginjal/batu ureter/uretra. Saya sudah menyuruh pasien untuk pergi ke RS di Palu, namun berhubung mau natal, keluarga pasien menolak, dan akhirnya saya hanya memberikan pengobatan sementara, dan keluarga pasien sudah diberi pengertian agar membawa pasien ke RS bila keluhan tidak berkurang.

salam,
dr.Darsuna Mardhiah
Pencerah Nusantara Lindu Batch I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar