25 November 2012
Siang itu kami mendapat pasien anak 15 tahun dengan nyeri perut,
setelah dianamnesa dan pemeriksaan fisik kami menduga kalau pasien tersebut
appendisitis akut karena ditemukan demam, mual-muntah, anoreksia, tenderness,
rebound tenderness dan nyeri tekan di perut kanan bawah, tanpa pemeriksaan
laboratorium kami mendapatkan alvarado score bernilai 7 untuk kemungkinan
appendisitis akut/ usus buntu.
Pasien ini juga tersangka infeksi saluran kemih karena nyeri ketok CVA +, nyeri berkemih+, dan pada
saat saya memasang kateter didapatkan kencing berwarna merah.
Pasien ini harus dirujuk segera karena kemungkinan appendisitis
perforata mengingat muntahnya yang hijau terus keluar. Yang menjadi masalahnya
adalah harus merujuk dengan ojek dengan kondisi nyeri perut hebat dan kondisi
jalan dari Lindu menuju desa sidaunta yang rusak berat dan goncangan-goncangan keras
selama perjalanan melewati jalanan bagai jalur Offroad. Namun semuanya harus
dilalui demi kesehatan pasien.
FYI, disini kalau ada warga yang sakit, 1 kampung yang menemani di
Puskesmas. Ruangan pemeriksaan hiruk
pikuk kayak pasar, lucunya saya sempat tidak tahu kalau pendeta mau membacakan
doa, saya malah menyuruh keluarga saja yang menunggu. Hari itu pak udin yang
sudah saya kenal sebelumnya rapih sekali dengan pakaian serba putih seperti
pakaian camat yang dilantik/ seragam pelaut, saya tidak tahu kalau pak udin
ternyata adalah seorang pendeta. Kami memang sempat berkenalan dengan pendeta
di tomado dengan pangkat mayor, dan pak udin ini ada di jajaran2 yang aktif digereja. Hehehe..
Sudah menjadi tradisi disini sebelum dirujuk, pendeta datang untuk
mendoakan pasien. Rangkuman dari Isi doanya semoga pasien selamat dan diberi
cuaca yang bagus saat dirujuk. Memang cuaca di Lindu ini tidak menentu, sering
hujan dengan diiringi longsor.
Masyarakat disini benar-benar memiliki sistem “rujukan” yang baik walau
dengan sarana dan prasarana minimal. Disini
ada ojek khusus yang ahli merujuk pasien sakit dan selalu diminta keluarga
pasien untuk mengantarkan pasien hingga desa sidaunta. Warga juga saling tolong
menolong membopong pasien hingga naik ke ojek. Ojeknya pun dimodifikasi dengan kayu yang bisa menopang
hingga 3 orang, sehingga pasien berada di tengah-tengah. Dan Karena pelebaran
jalan pasca gempa, jalan sering ditutup, dan warga sudah membagi tugas untuk
melapor pada operator buldozer dan alat berat untuk membuka jalan dan memberi
kabar kepada kepala puskesmas karena kami akan menggunakan ambulans sesampainya
di desa Sidaunta. Yah mungkin sikap tolong menolong seperti ini yang perlu
dicontoh oleh masyarakat di perkotaan yang antisosial.
Ojek yang dimodifikasi dengan kayu yang bisa menopang hingga 3 orang
Back to topic, Dr Gungwik dan
Utri yang merujuk mereka berangkat dari lindu jam 3 Sore dan tiba di RS jam 9
malam. Setiba nya di rumah sakit, pasien tersebut Langsung di Operasi, hasil
operasi didapatkan appendisitis perforata.
Update terbaru dari pasien tersebut sudah pulang kerumah, sudah sehat
dan segar dibandingkan sebelumnya, namun keluhannya sekarang nyeri berkemih dengan
pemeriksaan nyeri ketok CVA Kiri +. Kemungkinan Infeksi saluran Kemih atau Batu
ginjal/batu ureter/uretra. Saya sudah menyuruh pasien untuk pergi ke RS di
Palu, namun berhubung mau natal, keluarga pasien menolak, dan akhirnya saya
hanya memberikan pengobatan sementara, dan keluarga pasien sudah diberi
pengertian agar membawa pasien ke RS bila keluhan tidak berkurang.
salam,
dr.Darsuna Mardhiah
Pencerah Nusantara Lindu Batch I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar