Di hari jumat minggu pertama kita di Lindu, 12 anak datang
ke rumah dinas kami, hari itu kami mengobrol-ngobrol, dan kami mengajak mereka
untuk belajar bahasa inggris di hari minggu, dengan syarat kalau mau ke rumah
dinas kami harus sudah mandi, dan menggunakan alas kaki. Mandi merupakan hal
yang sulit dilakukan di Lindu, banyak anak yang tidak mandi pergi ke sekolah
dengan alasan dingin, tidak hanya anak kecil, orang dewasa disini juga
beralasan sama,lebih memilih mandi sekali sehari saat siang hari.
Hari Minggu itu kami
sudah bersiap-siap menyediakan goreng pisang, namun mereka tidak ada yang
datang. Beberapa hari kemudian Saat saya sedang berbelanja di warung, saya
bertemu dengan anak-anak tersebut dan saya menanyakan mengapa mereka tidak
datang hari minggu, dan mereka bilang “kami ingin sekali pergi ke atas (rumah
kami) tetapi teman-teman tidak mau”,
kemudian saya berkata “tidak apa-apa, ajak aja siapa yang mau belajar”. Dan
merekapun berjanji akan datang hari minggu.
Hari minggu kedua,akhirnya mereka datang walau hanya 7
orang, saya mengajarkan bahasa inggris. Karena tidak ada papan tulis, saya
menggunakan bagian belakang bekas spanduk puskesmas sebagai papan tulis. Kami
belajar dari abjad dan angka dalam bahasa inggris. Mungkin kalian
bertanya-tanya Mengapa bahasa inggris yang saya ajarkan? Karena anak-anak SD di
Lindu tidak diajarkan pelajaran bahasa inggris. Kemudian saya sedikit mengetes kemampuan
matematika mereka. Banyak yang belum hafal perkalian, bahkan ada yang kelas 1
SMP belum hafal perkalian 9, Sangat disayangkan sekali pendidikan jaman
sekarang, saya masih ingat betul saat saya SD, kami tidak boleh pulang dari
sekolah sebelum menghafal perkalian. Akhirnya mereka mendapatkan PR dari saya
untuk menghafalkan perkalian.
bekas spanduk puskesmas digunakan sebagai papan tulis |
Disela-sela mengajar saya menyempatkan diri untuk mengobrol
tentang air yang mereka gunakan karena banyak anak yang kulitnya tidak sehat,
mereka menceritakan kalau mereka minum dari air danau yang dimasak, mandi dan buang air besar didanau. Dan saya
bilang bahwa air yang mereka minum akan tercemar, dan mandinya tidak akan bersih,
jadi gatal-gatal kulitnya. Dan mereka dengan polosnya bilang “tidak apa-apa
berak di danau, taiknya akan dimakan ikan”. Dan pikiran yang seperti ini tidak
hanya dianak kecil, saat pendataan di desa anca saya menemukan kakek-kakek yang
juga berpikiran yang sama dengan anak-anak kecil itu. Yah memang akan sangat
susah merubah pola pikir masyarakat disini, mungkin harus perlahan-lahan.
Untuk ice breaking, saya mengajarkan nyanyian “ramtamtam”
seperti yang diajarkan WANADRI. Setelah mereka belajar bersama saya, mbokgek
mengajarkan mereka beberapa permainan dan kembali menyanyikan “ramtamtam”
bermain ram tam ram |
Keesokan harinya sekitar jam 5 sore kami baru pulang
pendataan dari desa anca, telah menunggu 2 anak dari dusun kalora didepan pintu
rumah dinas kami, sebenarnya hari itu tidak ada jadwal untuk mengajar
anak-anak, hanya saja tidak tega melihat mereka yang telah menempuh perjalanan
jauh dengan berjalan kaki dari dusunnya ke tomado. Akhirnya walau lelah setelah
berjalan keliling desa anca, saya mengajarkan mereka matematika, akhirnya saya
mengajarkan penjumlahan bilangan bulat (penjumlahan minus+plus). Murid saya
hari itu bernama winda dan wulan. Wulan ini adalah anak ibu aini, teman main
voli mbokgek dan yuk utri. Bu aini ini baik sekali selalu memberi pisang dan
ubi untuk kami, dan hari itu anaknya membawakan ubi jalar untuk kami. Hahaha
rejeki nomplok yang keesokan harinya bisa kami jadikan timus sebagai camilan
bergizi untuk kader, ibu dan anak yang
datang ke posyandu di desa anca.
Hari jumat sore kembali wulan dan winda datang bersama
anak-anak dari lorong arab. Wulan dan winda datang untuk menyetor PR mereka,
padahal saya suruh datang hari minggu
saja. Yah PR nya dikerjakan dengan baik oleh wulan yang kelas 6 SD, kata bu
aini wulan memang juara kelas, selalu juara 2 dan wulan sering protes karena
yang juara 1 adalah anak guru yang nilainya jauh lebih rendah dari wulan.
Nepotisme still everywhere teman2 hahahha. Namun berbeda dengan winda, sepertinya saya harus extra
sabar mengajarkan anak kelas 1 SMP, walau begitu harus dihargai winda masih
semangat untuk datang ke rumah kami, yah beri sedikit esteem yang sincere.
Selama mengajar memang saya menggunakan teknik “esteem” seperti “yak pinter”,
“pinternya”, “bagus banget” untuk membangun harga diri dan rasa percaya diri
pada murid-murid saya, ajarannya mas bilal dari daya dimensi indonesia nih
hahahaa.
Hari minggu ketiga kami di Lindu, jam 09.30 saat kami sedang
memasak, datang 4 anak dari lorong arab, sakina dan hilda murid tetap saya dan
anggota baru rinto, juga yusuf yang minggu pertama pernah ke rumah. Saya
menanyakan PR Mereka menghapal perkalian, ternyata mereka belum hafal, yah
sambil memasak, mereka saya suruh hafal perkalian dulu, setelah memasak saya
tes satu-satu, hasilnya cukup memuaskan hingga mereka mendapat PR baru
perkalian berikutnya. saya punya murid yang cukup punya minat untuk belajar,
yaitu sakina, murid SMP kelas 1 akhirnya bisa hafal perkalian 8 dan 9, juga abjad
dalam bahasa inggris. Sakina ini bisa saya jadikan asisten kayaknya hahha
supaya bisa mengajarkan dan mengingatkan PR anak-anak yang lain.
selain di rumah kami juga melakukan sosialiasasi ke sekolah-sekolah, yaitu SD-SD yang ada di Lindu, banyak SD yang rusak karena gempa sehingga mereka harus belajar ditenda, bahkan harus bergabung dengan kelas lain.
selain di rumah kami juga melakukan sosialiasasi ke sekolah-sekolah, yaitu SD-SD yang ada di Lindu, banyak SD yang rusak karena gempa sehingga mereka harus belajar ditenda, bahkan harus bergabung dengan kelas lain.
Sekian sekilas berita dari Lindu, kami masih berusaha
berinteraksi dengan warga Lindu, kami sedang merencanakan mengajak anak-anak
non muslim untuk belajar bersama. Karena penyuluhan biasa tidak cukup untuk
mengajarkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) pada anak-anak sekolah,
perlu pendekatan lebih dengan mengajarkan mereka pelajaran lain yang diselipkan
materi kesehatan. Semoga need assesstment papan tulis dan spidol kami di ACC
tim pusat aminnnn. Minimal kertas flip chart deh..hahahha biar ga pake spanduk
bekas lagi untuk papan tulisnya.
Best regards,
dr. Darsuna mardhiah
Pencerah Nusantara Lindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar