Selasa, 27 November 2012

BERSOSIALISASI DI LORONG ARAB DENGAN MENGHADIRI PESTA PERNIKAHAN


Lorong arab adalah tempat tinggal kaum muslim di desa Tomado, Kecamatan Lindu. Disana ada sebagian yang keturunan arab, sebagian bugis. Hari jumat minggu pertama diisi dengan mengikuti pengajian di mesjid. Hari itu yang pergi ke pengajian adalah fitri dan yuk utri. Pengajian disini tidak membaca alquran atau yasin, tetapi membaca salawat saja yang disebut “barasanji”.

Hari sabtu di minggu pertama saya, fitri dan yuk utri menghadiri undangan pernikahan di dusun seberang, dusun kanawu. Karena dermaga disana digenangi air,maka kami ke kondangan dengan sepatu boot, tentunya kami membawa sepatu cadangan.




Kami menunggu mempelai pria bersama ibu haji fatimah, pemilik warung langganan kami di lorong arab dan ibu ida, yang biasa membersihkan rumah kami.
kami menyebrang dengan menggunakan perahu bersama keluarga mempelai pria. Waktu tempuh ke dusun seberang biasanya memakan waktu 1 jam, namun hari itu bisa ditempuh dengan waktu 30 menit hingga 45 menit.

 menyebrang dengan kapal ke kanawu


Setelah menempuh waktu 30 menit kami tiba di dermaga. Sesampai disana, kami harus meneruskan perjalanan dengan perahu ketinting (perahu kecil) karena kedalaman air semakin berkurang dan kapal tidak bisa sampai diujung. Perahu ketinting disana tidak didayung tapi menggunakan tenaga manusia, a.k.a didorong. Yah harus extra hati-hati karena harus menjaga keseimbangan kalau tidak badan bisa basah karena jatuh. Sesampai disisi dusun kanawu kami masih harus berjalan digenangan air setinggi dibawah lutut sekitar 500 meter, untung kami menggunakan sepatu boot sehingga celana kami tidak basah. Setelah basah-basahan, kami harus berjalan di jalan yang becek, hahhaa kami sudah terbiasa dengan perjalanan becek-becek di lindu. Untung kami tidak perlu berjalan hingga 3 KM lagi, karena masyarakat disana memanggil pemuda-pemuda untuk membawa ibu dokter dengan sepeda motor. Yah dikampung dokter sangat dihargai sekali, bahkan fitri dan yuk utri dikira dokter hahha. Bahkan saat kami berjalan didermaga,mereka bilang sama orang yang menjalankan perahu ketinting “hati-hati,jangan sampai dokter terjatuh, nanti tidak ada yang ngobatin kita”


Sesampai di rumah mempelai wanita, kami dipersilahkan masuk ke dalam rumah. Pernikahan adat bugis di awali dengan membaca salawat,dan akad nikah. Uniknya disini, saat mempelai pria masuk ke kamar pengantin harus membayar sejumlah uang di depan pintu kamar pengantin kepada penjaga pintu.
Setelah akad nikah, Kami pun makan bersama, makanan dihidangkan dilantai karena kami berada didalam rumah, berbagai macam makanan dihidangkan, ada kaledo (makanan khas palu), ayam balado, dan es buah. Saya dan fitri dengan girangnya bisa makan ayam balado,secara setiap hari kami hanya makan ikan mujaer, dan kami menggila saat ketemu es buah karena di Lindu sayur dan buah menjadi makanan langka.

Di acara pernikahan ini kami berusaha bersosialisasi dengan kaum muslim di Lindu. Almost good walau besoknya mbak utri dan fitri sakit perut, mungkin karena makan kaledo kebanyakan. Atau karena sanitasi dan higiene disana kurang baik, karena ternyata mereka mencuci daging di kuala (kali kecil yang dimana terjadi aktifitas mandi, dan BAB masyarakat disana setiap harinya). Mungkin saya selamat dari diare karena tidak makan kaledo. Yah pelajaran hari ini bahwa, sanitasi dan higiene di Lindu menjadi tugas yang cukup berat bagi kami, masyarakat dan pemerintah  hadapi mengingat disini banyak masyarakat yang tidak memiliki jamban keluarga. Ya Allah semoga ada NGO-NGO yang berminat membantu kami bikin MCK di Lindu :). Aminnnnn 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar