Kamis, 01 November 2012

“Don't worry everything is going to be amazing”


28 Okteber 2012, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, hari bersejarah. Kami ke 32 orang pemuda/i yang dibagi kedalam 7 tim akan diberangkatkan ke wilayah penempatan masing-masing. Mentawai, Karawang, Pasuruan, Kalimatan Timur, Sulawesi Tengah (dua desa ogotua dan Lindu) serta Ende NTT. Saya terus terang khawatir pasti ada, memikirkan apa yang nanti akan kami hadapi di daerah penempatan, apakah kami akan diterima oleh masyrakata disana, apakah kami akan mampu membaur dengan mereka dan menjadi bagian dari mereka kemudian???... Banyak sekali pertanyaan di kepala saya sekarang. Detik-detik menjelang keberangkatan besok minggu 28 oktober 2012...

Perbekalan sudah dipersiapankan, mulai dari perbekalan diri sendiri sampai perbekalan ilmu apa-apa saja yang harus kami lakukan nanti pertama kali disana. Hampir semua mentor mengatakan kami harus membaur dan menjadi bagian dari mereka. Lupakan semua misi yang dibawa, lupakan semua PoA yang sudah dibuat, lupakan “kekotaan” kalian… Jadilah bagian dari mereka, pelajari perilaku mereka, pahami kebiasaan mereka, jadilah murid yang siap menerima ilmu-ilmu baru dari mereka yang disana. Jadilah kalian bukan “siapa-siapa” disana. Kata kakek saya, kalo ditempat orang jangan nakal, posisikan diri tidak tau apa-apa, minta diajari apa-apa yang biasa mereka lakukan, walo kamu tau tapi jangan sok tau, jadilah rendah hati. Nasehat kakek mirip dengan nasehat para mentor.

Hokeh… Siap laksanakan bapak/ibu guru….

Kami 7 minggu bersama, 32 orang ini sudah seperti keluarga baru buat saya. Kami menangis, tertawa, marah, gembira sama-sama. Awalnya tidak mudah menyatukan ke 32 orang ini dengan karakter masing-masing yang sama kuatnya. Sepanjang perjalanan, kami menemukan beberapa kesamaam yang kemudian menyatukan kami dalam satu ikatan persaudaraan yaitu bahwa kami semua menyadari bahwa kami adalah kumpulan orang-orang ‘gila’. Bagaimana tidak kami menyebut diri kami ‘gila’, untuk memutuskan bergabung dengan Pencerah Nusantara itu bukan perkara mudah untuk masing-masing individu. Banyak penolakan, penolakan dari keluarga terutama menjadi masalah yang hampir semua dari kami mengalaminya. Orang tua mana yang mau melepaskan anaknya untuk pergi kedaerah yang belum pernah mereka kunjungi, kedaerah yang masih ada suku dalam-nya, daerah yang menjadi perbatasan antar Negara, daerah yang rawan bencana, daerah antah berantah. Anak gadis pula, orang tua mana yang rela melepaskannya dimana mereka sudah siap dengan beasiswa untuk melanjutkan kuliah lagi ke luar negeri tapi anaknya merayu dengan kekuatan penuh sampai berurai air mata ditambah semangat ’45 pantang menyerah melancarkan rayuan agar diizinkan untuk meninggalkan beasiswa demi Pencerah Nusantara, ada yang meninggalkan orang tua yang sedang membutuhkan perawatan dari kami sebagai dokter, sebagai perawat karena orang tua sakit tapi berusaha meyakinkan ayah dan keluarga bahwa menjadi Pencerah Nusantara adalah donasi satu tahun kami untuk ibu pertiwi, untuk bangsa ini.

Akhirnya….. Ayah, ibu dan keluarga besar melepas kami di bandara, stasiun, terminal dengan derai air mata, peluk cium erat dan berjuta nasehat agar menjaga diri, berbuat baik di negeri orang. berangkatlah kami meninggalkan rumah menuju Jakarta untuk berkumpul mendapatkan pembekalan.

Pembekalan yang sudah dirancang sedemikian rupa, kami jalani. Padat merayap bahkan sabtu dan minggupun terjadwal dengan rapat. Kangen dengan rumah sudah tentu, kangen zona nyaman, pekerjaan mapan, keluarga, teman-teman dekat dan lain-lain. Tapi disini, kami ternyata diberikan Allah keluarga baru, orang-orang yang tak terbayangkan sebelumnya ternyata memiliki kegilaan yang sama, gila semangat dan tekad kuat. Kami saling menyemangati, saling mendorong untuk terus maju. Beberapa pelatihan menempah kami mulai dari pelatihan medis yang harus kami dapatkan diantaranya obstetric genekologi, gizi anak, pelatihan kegawatdaruratan medis dan bencana, serta penajaman ilmu vscan. Kurang lebih empat pekan kami ditempa untuk memdalami kembali ilmu medis yang sudah didapatkan dibangku kuliah sebelumnya.

Pelatihan dilanjutkan menuju Bandung, yang diawali oleh pelatihan survival dihutan bersama wanadri. Disinilah team building kami dipertajam kembali. Selama empat hari wanadri menempah kami dengan berbagai kecakapan untuk bertahan di rimba belantara. Kami diajari mulai dari apa itu integritas sampai dengan membuat bivak kelompok dan ber-solo bivak di tengah hutan. Ada beberapa pesan sederhana yang di tularkan oleh wanadri pada kami, khususnya saya yang sampai sekarang mengingatnya yaitu: “dalam kelas, boleh ngantuk, tapi gak boleh menguap”
kemudian “Kalau makan atau minum harus duduk”
kemudian, “kalau ada orang yang berbicara didepan harus mendengarkan dengan baik”
kemudian “tidak boleh merasa benar sendiri”
kemudian…. Dan kemudian.. kemudian lainnya…

Pelatihan Bandung, saya garis bawahi, pelatihan ini benar-benar menguras emosi. Bagaimana tidak, di pelatihan leadership yang di sampaikan oleh DDI (Development dimensions International) kami di sentil dan kadang-kadang di “jedotin” habis-habisan tentang diri kami dan sikap kami dalam tim. Benar- benar… gimana gitu… Setelah tiga hari pelatihan endingnya adalah tangis-tangisan dan curhat ber 32 serta dilanjut lebih mesra lagi curhat bersama tujuh tim masing-masing penempatan.

Jeeeng… jeeeeeeng…. Terbukalah semuanya… Dan kami menyelesaikannya dengan senyum dan pemahaman yang lebih mendalam tentang teman-teman per tim penempatan dan tim besar ber 32.
Makin mesra lagi, dilanjut dengan curhat mendalam bersama 32 geng Pencerah Nusantara dalam materi pelatihan Psychological First Aid. Kami berbagi tentang hal tersulit apa yang pernah kami hadapi dalam hidup. Bagi sebagian teman ini tidak mudah untuk di ungkapkan, tapi ketika melihat teman-lain mau menceritakan cerita yang sifatnya sangat sensitive akhirnya memilih untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang mungkin forum ini adalah forum pertama baginya membuka luka hati dan bercerita. Tentu saja ini berurai air mata.

Dan………… Pelatihan Bandung adalah menguatkan kami….

Akhir pelatihan Bandung, kami kembali bersama akang-akang Wanadri survival di hutan. Dimana kami dilatih untuk dipersiapkan menghadapi keadaan paling sulit. Mulai dari membuat bivak kelompok sampai dengan bersolo bivak, kemudian belajar mengenali makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh kami makan dihutan, belajar mengenali ular, jenis ular, jenis bisa ular, cara menangani gigitan ular, cara berhadapan dengan ular jika bertemu (menyapa gitu deh… “Hallo ular…” :D ) sampai dengan bagaimana menangkap ikan dan menjerat atau menjebak binatang dihutan. Empat hari yang menyenangkaaaaaaaaaaaaaan…

Walo kaki kayak mau copot, badan kayak digebukin orang sekampung, mata sesepet-sepetnya mata, dingin sedingin dinginnya gunung, tak menyurutkan semangat dan keceriaan kami. Khas sekali kalau sedang stress, capek, lelah, pasti  kami akan bernyanyi sedemikian rupa hampir satu album (coba bayangin dulu :D…) dan satu lagu dicampur dengan lagu lainnya bersahutan sambil membuat bivak atau sambil memasak :D… Seruuuuuuuu….
Bernyanyi mampu mengalihkan kemurungan kami karena lelah, menjadi ceria kembali. Kami memilih menikmati suasana dan mengolahnya menjadi menyenangkan dari pada mengutuki atau menggerutu apa lagi meratapi keadaan. Inilah kami 32 orang ‘gila’ yang ceria J sampai ada sumpah Pencerah Nusantara ketika di pelatihan kegawatdaruratan medis dan bencana yang bunyinya “Kami putra putri Indonesia berjanji akan selalu ceria setiap hari….” Yah, dan kami melakukannya sampai hari ini J

Ah ada satu lagi, selama di bandung kami sempat bersilaturahim dengan Pengajar Muda, Indonesia Mengajar angakatan V yang juga sedang dalam masa pelatihan di Jati Luhur, Jawa Barat. Ketika itu Pengajar Muda sedang melakukan kegiatan social konsultasi kesehatan pada masyarakat kampung sekitar tempat mereka melakukan pelatihan. Kami datang bersilaturahim sekaligus bersama-sama melakukan kegiatan social. Kemudian dilanjut dengan ramah tamah, saling berkenalan dan berbagi cerita. Senang bukan main saat bertemu dengan teman yang ternyata satu nasib sepenanggungan karena gaya pelatihan mereka sama persis dengan gaya pelatihan kami :D… Saya berkenalan dengan tim Pengajar Muda yang ternyata akan ditempatkan di provinsi yang sama dengan kami. Senaaaaaaaaaaaaang^^… Akhirnya kami membuat janji, jika nanti ada waktu kami akan saling mengunjungi ketika saling mengambil cuti untuk main bersama….

Hokeh.. Sodara-sodara… Sebetulnya sambil menulis ini saya sendiri deg deg-an…
Bagaimana tidak, besok sudah akan berangkat dan survival sebenarnya akan kami jalani setahun kedepan. Entah apa yang akan kami hadapi disana. Semoga kami mampu memberikan yang terbaik dari yang kami miliki untuk negeri ini.

Kami, akhirnya tak sekedar mengutuki keadaan, tapi kami melakukan sesuatu untuk ibu pertiwi, untuk generasi penerus bangsa, untuk Indonesia….

Satu tahun, yang akan kami kenang seumur hidup

Satu tahun mengabdi seumur hidup memprovokasi :D... Memprovokasi untuk Indonesia lebih sehat....

Ada satu tulisan yang saya temukan di kantong plastic hitam ketika sempat berjalan-jalan disatu hari, begini bunyinya:
                                                                                     
                           “Don't worry everything is going to be amazing”


Bismillah....

Hallo geng………..

“INDONESIAAAAAAAAAAAAA……”


Ini Aksi kami… Mana Aksimu….???




Jakarta 27 Oktober 2012
Menjalang tengah hari
Ditulis oleh Utri Kularia
Tim Lindu Sulawesi Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar