Sabtu, 02 Maret 2013

Gempa seperti minum obat 3X1 Hari @valentine's day

14 febuari 2013

Hari itu sebenarnya hari yang sama dengan hari-hari sebelumnya, walau ada beberapa staf puskesmas yang bilang itu hari valentine. Selain tidak pernah merayakan valentine, memang kami kalo di Lindu itu ga pernah lihat tanggal, supaya  365 hari tanpa sinyal dan listrik 24 jam tidak terasa terlalu lama.

handy talky (HT) merupakan satu-satunya alat komunikasi yang kami miliki antar anggota tim Lindu,apabila ada kegiatan di luar. Ingin rasanya Berhayal HT ini bisa dijadikan alat komunikasi untuk menghubungi keluarga kami tercinta di rumah, hanya saja itu bagai mimpi di siang bolong. HT ini paling sering kami gunakan bila pergi ke desa sebelah atau dusun sulit diseberang, walau sinyalnya tidak bisa dijangkau bila yang 1 di tomado, dan yang satu di puroo. Bahkan kalo keseberang hanya bs dari kanawu bawah dan kanawu atas,komunikasi dari kanawu ke lembosa dan sangali tidak bisa terjangkau, jadi bila kita sudah berpencar ke sangali dan lembosa, hanya bisa menggunakan telepati untuk menunggu teman-teman yang lain di dermaga setelah selesai kegiatan. Berharap kapal masih ada yang mau menyebrang walau langit sudah menjadi gelap.
alat komunikasi Lindu


Walau dengan segala keteratasan yang kami miliki, kami cukup senang juga bs membuka frekuensi warga lindu,yang kata usman frekuensi "sosialita lindu" bila kami tidak sedang beraktivitas. Dari frekuensi ini kami bisa mengetahui  jalan lindu-sadaunta-palu, info kecelakaan akibat cuaca hujan dan longsor, bahkan info berita duka. Hari itu kami mendapat berita bahwa ibunda jaya meninggal, jaya ini adalah pegawai honor dinas pariwisata yang menemani kami saat pertama kali posyandu dan imunisasi ke wongkodono. Kami sempat menjenguk ibunda jaya waktu di RS undata Palu, ibunda jaya sudah hampir 1,5 bulan di rawat di rumah sakit karena stroke.

Sesudah jam puskesmas selesai, saya dan usman pergi ke Langko, disana sudah ramai orang-orang,termasuk pak camat,pak UPTD,dan kepala desa Langko. Saya dan usman masuk ke rumah, sekitar 30 menit didalam, tiba-tiba muncul gempa yang cukup keras dari sebelumnya, namun hanya beberapa detik. Saya sudah kaget, namun warga disini tampak sudah biasa bila gempa datang. Walau sudah beberapa kali gempa tetap saja kami khawatir. Seketika saya da usman langsung menghubungi fitri dan yuk utri yang sedang berada dirumah dengan HT yang kami bawa karena khawatir dengan kondisi rumah kami yang sudah rapuh akibat gempa agustus tahun lalu. Alhamdulillah mereka tidak apa-apa. Setelah berbincang sebentar dengan pak camat,pak UPTD,kades,kamipun pamit pulang.
 pondasi rumah yang sangat rapuh karena gempa


Malam harinya sekitar 2X gempa susulan muncul saat kami terlelap tidur, namun gempa kali ini tidak sekeras tadi pagi. inilah kisah kami dari Lindu yang merupakan patahan 3 Lempeng pulau sulawesi. Siapa yang mau menikmati sensasi gempa saat gelap gulita, mari main ke Lindu :-)

salam hangat dari tim Lindu :)
dr. Darsuna Mardhiah
Pencerah Nusantara Lindu Batch I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar