Selasa, 09 April 2013

Lindu Hadirkan FORKKOM BAPPEDA se-SULTENG ke XI, Mengapa Harus Lindu??


Komunikasi dan Koordinasi atau biasa disingkat FORKKOM Bappeda se-Sulawesi Tengah untuk pertama kalinya diselenggarakan di Kecamatan Lindu yang berlokasi di FDL Desa Tomado dari tanggal 2-4 April 2013 dengan Tema Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan dalam Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya. Sebagai tuan rumah Kabupaten Sigi khususnya Kecamatan Lindu sangat antusias berpartisipasi dalam FORKKOM ke XI ini dengan jumlah peserta kurang lebih 300 orang dari seluruh Kabupaten. Banyak cerita unik yang dikeluhkan para peserta sesampainya di Kecamatan Lindu, ada yang mengeluh bahwa adrenalin mereka dipacu saat melewati jalanan menuju Lindu yang berbatu, longsor, berlumpur dengan tanjakan yang tajam, ada lagi yang mengatakan “cukup sekali saya sampai disini sudah sampai saja syukur apalagi nanti memikirkan untuk pulangnya lagi” gitu keluhnya. Pada rangkaian kali ini kebetulan Puskesmas Lindu bersama Tim Pencerah Nusantara angkatan I ditunjuk sebagai Panitia di Posko Kesehatan. Selama bertugas tak banyak kasus yang ditemukan, hanya saja sesampainya para peserta di tempat kegiatan rata-rata tekanan darah mereka menjadi naik, tetapi tidak sampai mengakibatkan kejadian yang buruk. Kegiatan ini dibuka dan ditutup langsung oleh Hj.Aswadin Randalemba,MSI selaku Bupati Sigi dan dihadiri oleh Ketua DPRD Sigi, Kepala BAPEDDA se Sulawesi Tengah, jajaran SKPD, unsur MUSPIKA, Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan tak ketinggalan Tim Pencerah Nusantara Lindu angkatan I. Mengapa harus Lindu?? Menurut mereka ada lima alasan yang mendasari pemilihan tempat di kecamatan Lindu.
posko kesehatan di puskesmas Lindu


Pertama, rapat di ruangan terbuka (outdoor) untuk membuat suasana baru dalam rapat-rapat resmi seperti FORKKOM. Rapat dengan suasana alam yang sejuk akan memberikan inspirasi lebih dalam menentukan keputusan-keputusan strategis dan tentu akan lebih fokus.

forkkom di pinggir danau


Kedua, memperkenalkan potensi Lindu sebagai cagar Biosfer, ialah daerah yang terdiri dari ekosistem asli, ekosisitem unik, dan/atau ekosistem yang telah rusak dan semua elemen di dalamnya dilindungi dan diawetkan untuk penelitian serta pendidikan.

Ketiga, mengembalikan kepercayaan diri masyarakat yang sempat mengalami trauma pasca gempa bumi 18 Agustus 2012.

Keempat, ajang promosi wisata, adat dan budaya. Kawasan lindu dikenal selama ini menjunjung adat, penggunaan “Siga” di lokasi FORKKOM bukti nyata kentalnya adat dan budaya sejalan dengan Visi Pemerintah Kabupaten Sigi yang berbudaya dan beradat serta unggul dalam memanfaatkan potensi sumber daya menuju kabupaten terdepan.

Kelima, Pemberdayaan masyarakat. Seiring era reformasi yang didominasi ide-ide transformasi, transparansi dan partisipasi lokal serta kebijaksanaan pembangunan yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak, maka pendekatan pemberdayaan masyarakat mutlak menjadi perhatian utama dalam setiap kegiatan.
laki-laki wajib pakai siga, sebuah tradisi untuk ikat kepala yang dipakai apabila ada acara besar di Lindu,
ini dia contoh siganya

Lindu masuk koran :),  megang koran di Lindu itu sebuah aktifitas yg sangat unik, karena  akses loper koran tidak ada disini, harus ke kota dulu baru bisa baca koran

Semoga apa yang dirumuskan dalam FORKKOM kali ini bisa diimplementasikan dalam program kegiatan yang tentu bermuara pada ekonomi yang berkualitas untuk dapat menuntaskan masalah kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tengah pada umumnya dan menuntaskan berbagai masalah yang ada di Kecamatan Lindu pada khususnya.
“Bangkitlah Masyarakat Lindu, Mari bersama-sama Cerahkan Indonesia”
Belora fobia, Belora Kafa.
Dengan berbuat baik maka baik pula yang didapat.



Regards,
dr. AA Dwi Wulantari
Pencerah Nusantara Lindu batch I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar